BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan merupakan hal yang
wajib didapatkan oleh setiap orang, dan itu tidak terbatas pada usia. Setiap
manusia yang hidup di bumi ini tak luput dari pendidikan, baik formal maupun
non formal, baik yang bersifat jasmani maupun rohani, baik yang sifatnya teori
maupun praktisi.
Ibarat
makanan yang setiap hari dikonsumsi “ itulah pendidikan”. Sama seperti halnya
makanan, pendidikan diperoleh dengan cara yang berbeda, jumlah yang berbeda dan
kualitas yang berbeda pula. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa
mendapatkannya sesuai kebutuhan kita, dan tentunya semua itu tak lepas dari “
faktor ekonomi ”.
Kondisi
ekonomi keluarga adalah suatu hal yang sangat vital dalam menentukan pendidikan
anak. Hal ini didukung oleh hasil penelitian bahwa mayoritas anak yang berasal
dari keluarga berstatus ekonomi tinggi menunjukan prestasi belajar lebih tinggi
dan dapat mengenyam pendidikan yang lebih lama daripada anak yang berasal dari
keluarga dengan latar belakang social ekonomi yang rendah
B. Identifikasi
Masalah dan Objek Kajian
Sesuai
dengan latar belakang, penelitian ini akan membahas tentang bagaimana sikap
orangtua dan siswa dalam perencanaan pendidikan
selanjutnya “setelah kelulusan”, yang berdasar pada pertimbangan ekonomi
keluarga.
Adapun
yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah :
·
Tiga
orang siswa yang baru mendapat kelulusan, dengan inisial TM, IT dan DA
·
Tiga
orangtua ( dari siswa tersebut ) dengan
kemampuan ekonomi berbeda yaitu ekonomi
rendah, sedang, dan tinggi.
·
Bertempat
tinggal di daerah sekitar pengamat (Kel.Pananjung, Tarogong-Garut )
C. Tujuan
Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk meninjau sejauh mana efek psikologis yang dirasakan oleh
para siswa dan orangtua dalam perencanaan pendidikan selanjutnya, setelah
kelulusan.
D. Metode
Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode studi kasus, yang mana dalam
studi kasus ini penulis melakukan pengamatan dalam keseharian pelaku dalam
proses yang cukup lama.
E. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah semua data yang diperoleh dari hasil observasi,
mencakup minat, sikap dan pertimbangan orangtua dalam menyesuaikan pendidikan
berdasar kemampuan ekonomi.
BAB II
Efek Psikologis dari “ Hasil Kelulusan ” bagi Siswa dan
Orangtua Terhadap Kelanjutan
Pendidikan
“Kelulusan ?”, siapapun bisa dibuat
bergetar karenanya, kenapa tidak? Setiap siswa menganggap bahwa kelulusan itu
adalah penentu keberhasilan dalam pendidikannya, dan pasti mereka berbangga
diri atas keberhasilannya itu, jangan aneh bila kelulusan itu dirayakan dengan
berbagai macam cara, bahkan ada yang sampai berbuat brutal. Namun, rasa bangga
ini tidak bisa berlangsung lama, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan
setelah kelulusan yaitu “ mau apa? dan mau kemana?”. Pertanyaan ini terus
memenuhi hati dan pikiran siswa dan orangtua, mereka yang lulus SMP harus
memikirkan pilihan SMA mana yang baik dan sesuai dengan kemampuan, sedangkan
mereka yang lulus SMA harus memikirkan antara melanjutkan kuliah atau kerja,
dan hal ini pasti dialami oleh setiap siswa dan orangtua.
Secara sadar memang diakui bahwa
pendidikan anak adalah suatu masalah yang perlu dibenahi, namun hal ini
tidaklah mudah. Banyak faktor yang menjadi kendala, disatu sisi mereka ( para
orangtua ) harus menembus persaingan memenuhi kebutuhan hidup sehari hari dan
pada sisi yang lain mereka dihadapkan dengan kewajiban dalam membiayai pendidikan
anak-anaknya.
Kondisi ekonomi keluarga memang
sangat vital dalam menentukan pendidikan anak. Hal ini dapat dibuktikan oleh
hasil penelitian sebagai berikut :
·
TM,
seorang siswa lulusan SMP; ibunya telah meninggal, dan ayahnya hanya
seorang buruh tak tetap dan sering menganggur. Ia tinggal bersama saudara dari
neneknya.
·
IT,
seorang siswi lulusan SMP ; ibunya bekerja di pabrik, dan ayahnya bekerja
sebagai pegawai biasa di kelurahan
·
DA,
seorang siswi lulusan SMP; orangtuanya
berbisnis dalam jual beli tanah kapling untuk perumahan. Keluarganya merupakan
orang terpandang dan terkaya di daerahnya.
Sosok TM memang sangat
memprihatinkan, ia mempunyai kekurangan fisik sejak lahir. ibunya meninggal karena
kanker ketika ia masih duduk di bangku SD. Ayahnya hanya seorang buruh
serabutan yang tak tetap. ( semi menganggur ), ia hanya mempunyai satu kakak,
yang tak jauh beda umurnya dengan TM sehingga tidak bisa membantu biaya
pendidikan TM, ditambah lagi ayahnya sempat pergi tanpa kabar selama lebih dari
satu setengah tahun dan baru kembali beberapa bulan yang lalu.
Untuk melanjutkan sekolah ke SMA, TM
tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya pasrah dengan apa yang ditawarkan oleh
bibi dari saudara neneknya yang selama ini membiayainya. Keinginan akan suatu
pilihan pasti ada, namun ia lebih menghargai
apa yang telah dipilihkan keluarganya, dan ia sangat bersyukur karena masih ada
yang peduli pada pendidikannya.
Secara psikologis memang TM sedikit
berbeda dengan yang lain, dengan kekurangan yang ia miliki kehilangan sosok ibu
dan terlahir dalam serba kekurangan, menjadikan dia lebih banyak bermain dengan
orang sekitar rumah yang mayoritas anak perempuan seperti bermain galah, dan
lain-lain, tidak seperti anak laki-laki seumurnya yaitu sepak bola atau futsal.
Berbeda dengan IT, kedua orangtuanya
bekerja, dan ia hidup dengan segala kecukupan. Ia bisa memilih sekolah sesuai
dengan keinginannya, dan ia bisa mendaftar ke beberapa sekolah sebagai
alternatiif apabila disekolah lain tidak
diterima. Tidak ada masalah dalam keluarganya, orangtua yang demokratis yang
senantiasa mendukung keinginannya selama
keinginan itu bersifat positif. Semua permasalahan pendidikan bisa diatasi
dengan baik, karena meskipun ia bukan terlahir dari orang kaya raya, ia hidup
dengan serba kecukupan.
Dan yang terakhir adalah DA, ia
terlahir dari keluarga terpandang dan kaya raya, semua keluarganya adalah orang
kaya dan tak aneh bila setiap tahun keluarganya memberikan sembako gratis untuk
seluruh kampung yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Ia berencana melanjutkan sekolah kemanapun
yang ia sukai, dan mengikuti privat yang cukup mahal untuk meningkatkan
kualitas pendidikannya. Orangtuanya selalu mendukung apa yang diinginkan DA,
selama hal itu bersifat positif.
Dari uraian diatas nampak bahwa
semakin tinggi status ekonomi keluarga, semakin besar peluang dalam
meningkatkan pendidikan anak dan sebaliknya. Dari hasil pengamatan tersebut,
penulis berasumsi bahwa fungsi ekonomi keluarga dalam meningkatkan pendidikan
belum tercapai dengan baik, apalagi bila
dikaitkan dengan perkembangan dunia dewasa ini yang semakin kompetitif menuntut
adanya kearifan dari keluarga, khususnya orangtua selaku kepala keluarga agar
anak-anak nantinya tidak kaku dalam memasuki lingkungannya yang serba
kompleks.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai realita hidup memang
banyak warna dan rasa, yang menjadi pemenang adalah mereka yang kuat baik
secara fisik atau rohani, baik secara materi atau secara imateri, ataupun
dengan kelebihan potensi yang mereka miliki. Memang pada dasarnya manusia tidak
bisa mengubah apa yang ditakdirkan Tuhan baginya, tapi, manusia diberi
kelebihan akal yang mana bila manusia menggunakan akalnya sebaik mungkin dan sekuat
mungkin yang dibantu dengan motivasi kuat serta iman dan takwa, maka tak ada
yang tak mungkin. “Karena sesungguhnya kekuatan dari dalam itu kadang jauh
lebih besar daripada rintangan dari luar”
B. Saran
Faktor ekonomi memang merupakan
faktor yang sifatnya integral atau menyeluruh, tidak hanya mempengaruhi
pendidikan, tapi juga berpengaruh pada seluruh bidang kehidupan seperti social,
keamanan, kesehatan, dan lain-lain. Oleh karena itu, kita sebagai siswa harus yakin pada diri kita sendiri dengan
menjadi “Pengendali ekonomi” dan bukan “ budak ekonomi”, dalam artian kita
harus bisa menjual otak kita ( kepintaran ) untuk bisa berprestasi dan
mendapatkan beasiswa, tapi jangan sampai disalah gunakan. Dengan demikian, ilmu
itu bisa mendatangkan rizki dengan sendirinya dan dengan keridhoan-Nya. “INGAT
!, kekayaan karena harta pasti ada habisnya, sedangkan kekayaan karena ilmu dan
hati pasti mengalir dengan penuh keberkahan”. Jadi….. Tingkatkan Motivasi kita!”
Referensi
:
-
Hasil
Studi Kasus lingkugan daerah tempat
tinggal : Kec.Tarogong kaler. Kab.Garut.
-
Bahan
Rujukan : Sobur,Alex. Psikologi Umum.2003.
Bandung : Pustaka Setia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar