Minggu, 10 Juni 2012

UAS STAIDA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang wajib didapatkan oleh setiap orang, dan itu tidak terbatas pada usia. Setiap manusia yang hidup di bumi ini tak luput dari pendidikan, baik formal maupun non formal, baik yang bersifat jasmani maupun rohani, baik yang sifatnya teori maupun praktisi.
Ibarat makanan yang setiap hari dikonsumsi “ itulah pendidikan”. Sama seperti halnya makanan, pendidikan diperoleh dengan cara yang berbeda, jumlah yang berbeda dan kualitas yang berbeda pula. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa mendapatkannya sesuai kebutuhan kita, dan tentunya semua itu tak lepas dari “ faktor ekonomi ”.
         Kondisi ekonomi keluarga adalah suatu hal yang sangat vital dalam menentukan pendidikan anak. Hal ini didukung oleh hasil penelitian bahwa mayoritas anak yang berasal dari keluarga berstatus ekonomi tinggi menunjukan prestasi belajar lebih tinggi dan dapat mengenyam pendidikan yang lebih lama daripada anak yang berasal dari keluarga dengan latar belakang social ekonomi yang rendah

B.     Identifikasi Masalah dan Objek Kajian

Sesuai dengan latar belakang, penelitian ini akan membahas tentang bagaimana sikap orangtua dan siswa dalam perencanaan pendidikan selanjutnya “setelah kelulusan”, yang berdasar pada pertimbangan ekonomi keluarga.
Adapun yang  menjadi objek  dalam penelitian ini adalah :
·               Tiga orang siswa yang baru mendapat kelulusan, dengan inisial TM, IT dan DA
·               Tiga orangtua ( dari siswa tersebut ) dengan  kemampuan ekonomi berbeda yaitu   ekonomi rendah, sedang, dan tinggi.
·               Bertempat tinggal di daerah sekitar pengamat (Kel.Pananjung, Tarogong-Garut )

C.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meninjau sejauh mana efek psikologis yang dirasakan oleh para siswa dan orangtua dalam perencanaan pendidikan selanjutnya, setelah kelulusan.

D.    Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode studi kasus, yang mana dalam studi kasus ini penulis melakukan pengamatan dalam keseharian pelaku dalam proses yang cukup lama.

E.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah semua data yang diperoleh dari hasil observasi, mencakup minat, sikap dan pertimbangan orangtua dalam menyesuaikan pendidikan berdasar kemampuan ekonomi.















BAB II
Efek Psikologis dari “ Hasil Kelulusan ” bagi Siswa dan Orangtua     Terhadap Kelanjutan Pendidikan

“Kelulusan ?”, siapapun bisa dibuat bergetar karenanya, kenapa tidak? Setiap siswa menganggap bahwa kelulusan itu adalah penentu keberhasilan dalam pendidikannya, dan pasti mereka berbangga diri atas keberhasilannya itu, jangan aneh bila kelulusan itu dirayakan dengan berbagai macam cara, bahkan ada yang sampai berbuat brutal. Namun, rasa bangga ini tidak bisa berlangsung lama, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan setelah kelulusan yaitu “ mau apa? dan mau kemana?”. Pertanyaan ini terus memenuhi hati dan pikiran siswa dan orangtua, mereka yang lulus SMP harus memikirkan pilihan SMA mana yang baik dan sesuai dengan kemampuan, sedangkan mereka yang lulus SMA harus memikirkan antara melanjutkan kuliah atau kerja, dan hal ini pasti dialami oleh setiap siswa dan orangtua.

Secara sadar memang diakui bahwa pendidikan anak adalah suatu masalah yang perlu dibenahi, namun hal ini tidaklah mudah. Banyak faktor yang menjadi kendala, disatu sisi mereka ( para orangtua ) harus menembus persaingan memenuhi kebutuhan hidup sehari hari dan pada sisi yang lain mereka dihadapkan dengan kewajiban dalam membiayai pendidikan anak-anaknya.

Kondisi ekonomi keluarga memang sangat vital dalam menentukan pendidikan anak. Hal ini dapat dibuktikan oleh hasil penelitian sebagai berikut :
·            TM, seorang siswa  lulusan SMP;  ibunya telah meninggal, dan ayahnya hanya seorang buruh tak tetap dan sering menganggur. Ia tinggal bersama saudara dari neneknya.
·            IT, seorang siswi lulusan SMP ; ibunya bekerja di pabrik, dan ayahnya bekerja sebagai pegawai biasa di kelurahan
·            DA, seorang siswi lulusan SMP;  orangtuanya berbisnis dalam jual beli tanah kapling untuk perumahan. Keluarganya merupakan orang terpandang dan terkaya di daerahnya.

Sosok TM memang sangat memprihatinkan, ia mempunyai kekurangan fisik sejak lahir. ibunya meninggal karena kanker ketika ia masih duduk di bangku SD. Ayahnya hanya seorang buruh serabutan yang tak tetap. ( semi menganggur ), ia hanya mempunyai satu kakak, yang tak jauh beda umurnya dengan TM sehingga tidak bisa membantu biaya pendidikan TM, ditambah lagi ayahnya sempat pergi tanpa kabar selama lebih dari satu setengah tahun dan baru kembali beberapa bulan yang lalu.
Untuk melanjutkan sekolah ke SMA, TM tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya pasrah dengan apa yang ditawarkan oleh bibi dari saudara neneknya yang selama ini membiayainya. Keinginan akan suatu pilihan pasti ada, namun ia  lebih menghargai apa yang telah dipilihkan keluarganya, dan ia sangat bersyukur karena masih ada yang peduli pada pendidikannya.
Secara psikologis memang TM sedikit berbeda dengan yang lain, dengan kekurangan yang ia miliki kehilangan sosok ibu dan terlahir dalam serba kekurangan, menjadikan dia lebih banyak bermain dengan orang sekitar rumah yang mayoritas anak perempuan seperti bermain galah, dan lain-lain, tidak seperti anak laki-laki seumurnya yaitu sepak bola atau futsal.

Berbeda dengan IT, kedua orangtuanya bekerja, dan ia hidup dengan segala kecukupan. Ia bisa memilih sekolah sesuai dengan keinginannya, dan ia bisa mendaftar ke beberapa sekolah sebagai alternatiif apabila disekolah  lain tidak diterima. Tidak ada masalah dalam keluarganya, orangtua yang demokratis yang senantiasa  mendukung keinginannya selama keinginan itu bersifat positif. Semua permasalahan pendidikan bisa diatasi dengan baik, karena meskipun ia bukan terlahir dari orang kaya raya, ia hidup dengan serba kecukupan.

Dan yang terakhir adalah DA, ia terlahir dari keluarga terpandang dan kaya raya, semua keluarganya adalah orang kaya dan tak aneh bila setiap tahun keluarganya memberikan sembako gratis untuk seluruh kampung yang ada di sekitar tempat tinggalnya.  Ia berencana melanjutkan sekolah kemanapun yang ia sukai, dan mengikuti privat yang cukup mahal untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Orangtuanya selalu mendukung apa yang diinginkan DA, selama hal itu bersifat positif.

Dari uraian diatas nampak bahwa semakin tinggi status ekonomi keluarga, semakin besar peluang dalam meningkatkan pendidikan anak dan sebaliknya. Dari hasil pengamatan tersebut, penulis berasumsi bahwa fungsi ekonomi keluarga dalam meningkatkan pendidikan belum tercapai dengan baik,  apalagi bila dikaitkan dengan perkembangan dunia dewasa ini yang semakin kompetitif menuntut adanya kearifan dari keluarga, khususnya orangtua selaku kepala keluarga agar anak-anak nantinya tidak kaku dalam memasuki lingkungannya yang serba kompleks. 



    











BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari berbagai realita hidup memang banyak warna dan rasa, yang menjadi pemenang adalah mereka yang kuat baik secara fisik atau rohani, baik secara materi atau secara imateri, ataupun dengan kelebihan potensi yang mereka miliki. Memang pada dasarnya manusia tidak bisa mengubah apa yang ditakdirkan Tuhan baginya, tapi, manusia diberi kelebihan akal yang mana bila manusia menggunakan akalnya sebaik mungkin dan sekuat mungkin yang dibantu dengan motivasi kuat serta iman dan takwa, maka tak ada yang tak mungkin. “Karena sesungguhnya kekuatan dari dalam itu kadang jauh lebih besar daripada rintangan dari luar”

B.     Saran
Faktor ekonomi memang merupakan faktor yang sifatnya integral atau menyeluruh, tidak hanya mempengaruhi pendidikan, tapi juga berpengaruh pada seluruh bidang kehidupan seperti social, keamanan, kesehatan, dan lain-lain. Oleh karena itu, kita sebagai siswa  harus yakin pada diri kita sendiri dengan menjadi “Pengendali ekonomi” dan bukan “ budak ekonomi”, dalam artian kita harus bisa menjual otak kita ( kepintaran ) untuk bisa berprestasi dan mendapatkan beasiswa, tapi jangan sampai disalah gunakan. Dengan demikian, ilmu itu bisa mendatangkan rizki dengan sendirinya dan dengan keridhoan-Nya. “INGAT !, kekayaan karena harta pasti ada habisnya, sedangkan kekayaan karena ilmu dan hati pasti mengalir dengan penuh keberkahan”. Jadi….. Tingkatkan Motivasi  kita!”


Referensi :
-          Hasil Studi Kasus  lingkugan daerah tempat tinggal : Kec.Tarogong kaler. Kab.Garut.
-          Bahan Rujukan : Sobur,Alex. Psikologi Umum.2003. Bandung : Pustaka Setia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar